Penulis: Abd. Rasyid Rumata, S.Sos.I., M.Sos.I. (Dosen Prodi KPI, Univ. Iqra Buru)
OPINI- Pemilihan Umum (Pemilu) kepala daerah serentak bakal digelar tahun 2024 pada level calon Bupati dan Wakil Bupati, Wali Kota dan Wakil Wali Kota, juga Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku. Proses pendaftaran berkas administrasi persyaratan bakal calon telah dilakukan sejak 28 Agustus 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di semua daerah dalam perhelatan politik publik ini.
Pilkada calon Gubenur dan Wakil Gubernur Maluku, KPU telah mengantongi 3 pasangan calon (Paslon), yakni pasangan Hendrick Lewerisa-H.Abdullah Vanath (HL-AV), Jefri Apoky Rahawarin-Abdul Mukti Keliobas (JAR-AMK), dan paslon Murad Ismail-Michael Wattimena.(MI-MW). Tiga paslon ini masing-masing telah melewati perjuangan sengit dan mendapatkan rekomendasi dukungan partai politik (parpol).
Latar belakang 3 paslon tersebut dapat diuraikan:
1. MI-MW :
_ MI adalah petahana yang menduduki jabatan Gubernur Maluku aktif, mantan Kapolda Maluku, dan pernah menjabat Komandan Brimob, mantan ketua DPW Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Maluku pada masanya, dan dikenal sebagai tokoh di Maluku. Kapasitasnya di bidang kepolisian, tentunya memiliki perjalanan panjang.
_ MW sebagai calon Wagub yang berpasangan dengan MI, merupakan mantan anggota DPR-RI dan dikenal sebagai tokoh politisi Maluku dari partai bintang segi tiga Demokrat yang pernah dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia ke 6, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
2. JAR-AMK :
_ JAR adalah tokoh Maluku yang pernah menjabat sebagai Pangdam VI Pattimura Ambon, dan sempat diberikan kepercayaan sebagai komandan militer zona Indonesia Timur. Sepak terjangnya berlatar belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan berbagai historis militer yang dimiliki, mulai dari masa tugas pada Markas Besar (Mabes) TNI hingga bertugas di daerah.
_ Sedangkan AMK yang berposisi sebagai cawagub dari pasangan JAR, adalah Bupati Seram Bagian Timur (SBT) aktif dua periode, pernah menjadi ketua DPRD SBT tiga periode, mantan ketua DPD Golkar SBT, dan dikenal sebagai politisi Maluku. AMK merupakan anak adat Raja Petuanan di Pulau Manawoko Amarsekaru Kecamatan Pulau Gorom.
Perjalanannya sebagai politisi telah berlangsung puluhan tahun dan konsisten pada partai Golongan Karya (Golkar) dengan berbagai pengalaman memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya di Kabupaten SBT.
3. HL-AV :
_ HL dalam kapasitas politik, sebagai anggota DPR-RI aktif dua periode, ketua DPW partai Gerindra Provinsi Maluku, partainya presiden terpilih 2024-2029 Bapak “Prabowo Subianto”, dikenal sebagai tokoh politisi Maluku, dan saat keluar dari ruang senayan untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur Maluku 2024-2029 untuk lebih dekat dalam perjuangan perubahan Maluku. Sedangkan dari sisi usia, masih lebih muda dan energik yang sama sosok cawagubnya AV.
_ Pasangan HL adalah AV mantan mahasiswa Harvard University Amerika Serikat jurusan ilmu pemerintahan ini merupakan tokoh politisi Maluku. Pernah menjabat Bupati SBT dua periode, sebagai ketua Tim Pemekaran Kabupaten SBT, pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Maluku, calon Wakil Gubernur Maluku, dan saat ini sebagai bakal calon Wagub Maluku berpasangan dengan HL. Pada sisi lain, AV dikenal sebagai sang petani Raja Pala dan tokoh religius bertalenta serba bisa.
Rekam jejak 6 putra Maluku ini, tentu menjadi perhatian se-antero masyarakat Maluku sebagai pemberi mandat memimpin Maluku yang lebih maju dan hebat untuk lima tahun ke depan.
Setidaknya latar belakang masing-masing paslon menjadi penilaian khusus bagi rakyat Maluku untuk menentukan tepatnya pilihan mereka.
Bahwa pemilu level Kabupaten/Kota dan level Provinsi untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, tentu membuat melek pimpinan pusat, bahwa awal proses usungan paslon bertumpuk di Jakarta, begitupun proses perpolitikan hingga di penghujung pilkada, sudah pasti anak panah politik akan melesat lejit pada level urusan pusat di Jakarta. Begitulah raut wajah politik Indonesia.
Psikologis politik masyarakat Maluku pada umumnya, dalam menentukan pilihan politiknya cenderung terarah pada aspek karakter yang dimilikii figur, dan tidak dimoninan pada asal parpol yang mengusung atau mendukung paslon.
Hidup berbudaya yang sarat dengan nilai-nilai sosial kemanusiaan yang tertancap sebagai ciri khas orang Maluku, berpengaruh terhadap pilihan politik setiap pentas pilkada, dengan slogan perbincangan “sapa yang bisa lia katong, dia itu yang katong pilih”, sebab prinsip “potong di kuku rasa di daging, ale rasa beta rasa”, kuatnya prinsip sosial ini masih terus tumbuh bagi masyarakat Maluku.
Bukan soal paslon manakah yang lebih kuat atau menang, tetapi Paslon yang dinilai layak dari semua aspek sebagai pemimpinlah yang menjadi pemenang, sebab masyarakat Maluku butuh perubahan ke arah keadilan dan kesejahteraan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial keagamaan, seni budaya, hukum, keamanan, dan bidang kehidupan lainnya.
(@mY)