Penulis: Abd. Rasyid Rumata, S.Sos.I., M.Sos.I. (Dosen Prodi KPI, Uniqbu)
OPINI- Sudah lebih dari ribuan tahun hanya namamu yang kami patrikan. Sudah lebih dari ribuan tahun kisah indahmu tertancap di sanubari. Sudah lebih dari ribuan tahun, mencintaimu tanpa batas waktu, kaulah sang kekasih Allah SWT, kaulah suri teladan manusia terbaik dunia, kaulah Baginda Muhammad Saw
Hari lahir manusia termulia, Rasulullah Muhammad Saw, diperingati se-antero belahan dunia. Gema perayaan bertajuk Maulid Nabi Saw, ada di mana-mana, hingga sangat terasa dalam kebenaran hakiki bahwa beliau tidak wafat, melainkan pergi untuk menanti kedatangan setiap umatnya yang dicintai.
Dalam satu hikayat dikisahkan, ketika para kaum Quraish bertanya kepada Saida Aisyah, “yaa Aisyah, bagaimana akhlak Nabi Muhammad, Saida Aisyah menjawab; akhlak Nabi Muhammad adalah al-Qur’an”. Dikiaskan bahwa al-Qur’an yang bisa berjalan hingga berlari adalah Rasulullah Muhammad Saw.
Kehebatan Baginda Muhammad Saw, dalam berbagai aspek diakui oleh mata dunia, bahkan dalam buku berjudul Filsafat Islam Parenial, Thomas Carley berkebangsaan Inggris beragama Yahudi mengagumi sang Nabi junjungan dengan ungkapan;
1. Muhammad adalah manusia terkuat pertama kali di muka bumi
2. Muhammad merupakan manusia terpintar dan terhebat pertama kali di muka bumi
3. Dan Muhammad adalah manusia super yang belum dia temukan seperti sosok Muhammad
Ungkapan Thomas Carley disebabkan oleh alasan yang tidak terbantahkan, yakni menurutnya berawal dari seorang diri, Nabi Muhammad Saw, mampu memperkenalkan Islam di seluruh dunia dengan cara dakwah yang berbasis Akhlakul Karimah.
Dalam aspek Cinta, Nabi Muhammad merupakan sosok teladan yang mencintai walaupun beliau dibenci, menyayangi walaupun beliau dimusuhi, dan memaafkan walau beliau ada pada pihak yang benar.
Ketulusan dan tinggi cinta beliau kepada umat pengikutnya, hingga saat Allah SWT, memerintah malaikat maut berkunjung untuk mencabut ruh dari jasad beliau, masih terlontar dua kalimat indah, yang saat “saya menulis ini, dalam kondisi haru untuk beliau tercinta ini”.
Sebelum menghembus napas terakhir, Nabiullah Muhammad Saw, menuturkan dengan lembut dua kalimat:
1. Jika ruh tercabut dari jasad itu rasanya sakit seperti 1000 kali teriris oleh pedang yang tajam, maka tumpukkan semua rasa sakit ummatku kepadaku saat kematian menjelang diri mereka, aku ikhlas untuk menanggung rasa sakit semua ummatku, kata Rasulullah pada malaikat
2. Disaat putri tercinta Saida Fatimah Az-Zahra berjaga-jaga disamping Baginda Nabi yang jasadnya mulai melemah menjelang wafat beliau. Terlintas dari bibir harum Rasulullah Muhammad Saw, “ummati ummati ummati”, (ummatku ummatku ummatku). Kalimat ini muncul disebabkan karena kecintaan Baginda Nabi Saw, kepada ummat pengikut beliau.
Aku telah lama jatuh cinta pada beliau, namun cinta beliau teramat sangat tinggi melebihi cintaku.
Ditotehkan dalam historis indah, suatu saat Nabi Saw, duduk bersama para sahabat beliau, seraya beliau bertanya kepada para sahabat; “tahukah kalian, ummat manakah yang sangat mencintaiku ?
Jawab para sahabat, “kami yaa Rasulullah, ragam jawab dari para sahabat. Namun beliau berkata, bukan kalian sahabat-sahabatku, bukan pula mereka yang hidup sezaman denganku.
“Sesungguhnya mereka adalah ummat yang mencintaiku walau tidak berjumpa denganku”, yaitu kita ummat ummat yang hidup di zaman setelah beliau wafat hingga ummat sekarang ini.
Bershalawatlah kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad Saw, sebab tanpa syafaat, kita tidak akan mengetahui dari pintu manakah surga itu bisa kita masuki ?
Sallu ‘alannabi Saiyyidina Muhammad my Love __ (@mY)