Penulis: Abd. Rasyid Rumata, Sos.I., M.Sos.I. (Dosen Prodi KPI, Univ. Iqra Buru)
OPINI- Tumbuh dari masa kecil hingga berusia di tahun 2024, lagu nasional yang begitu indah berjudul Garuda Pancasila, masih selalu menghantui setiap mata menatap pada burung Garuda yang gagah perkasa sebagai lambang negara. Lagu wajib yang selalu didengungkan saat masih berseragam merah putih, teks Pancasila dibaca oleh inspektur upacara dan diikuti oleh semua telinga yang mendengar, rasa ingin kembali ke masa itu, masa yang begitu menjunjung tinggi Pancasila.
79 tahun kini usia Pancasila di 2024, terhitung dari hari lahirnya pada 1 Juni 1945. Moralitas diri sebagai bangsa telah tuntas pada lima sila suci yang memiliki makna tentang ke-Tuhanan, kemanusiaan, keadilan, persatuan, kerakyatan, dan nilai sosial tanpa pilih kasih. Semua makna tersebut patut dirawat, sebab Pancasila telah memberikan inspirasi bahwa kita Indonesia adalah satu dalam genggaman Bhineka Tunggal Ika.
Moralitas yang kian rapuh di era modern ini, harus dikembalikan pada tuntutan bingkai Pancasila, perlu anak bangsa membaca ulang buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang disajikan kepada anak usia Sekolah Dasar (SD) kelas IV, sebab totalitas jiwa berbangsa yang selalu melekat dengan sikap serta sifat beradab, terkandung dalam buku yang mungkin telah kusut itu.
Sakralnya Pancasila, bukan pada namanya, melainkan makna mendalam yang menjadi acuan jiwa bangsa untuk mengikutinya sebagai wujud menjunjung tinggi Pancasila itu sendiri. Kekuatan makna Pancasila yang dipedomani, tidak mustahil mampu menginspirasi manusia Indonesia dalam bersikap dan bertindak, selalu dalam kebaikan. Hal ini diungkapkan dalam salah satu pidato kenegaraan di tahun 40-an, dengan lantang Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bung Karno menyatakan dengan gigih, “Pancasila itu digali dari Ruh jiwa bangsa Indonesia”, bahkan Pancasila terdapat ruh di dalamnya untuk hidup, apabila bangsa Indonesia menjunjungnya dengan penuh rasa, yakni rasa mensakralkan Pancasila.
Pancasila menjadi ikon inspirator dan motivator dalam moderasi beragama, tolong-menolong, saling mengasihi, bertoleransi, berkeadilan, dan menegakkan sifat serta sikap sosial kemanusiaan, kiranya Pancasila menjadi ukuran dalam berbangsa yang sepatutnya.
Pola hidup yang pancasilais, merupakan motivasi hidup berbangsa dan bernegara untuk mencapai Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, dan jauh dari perpicahan antar sesama. Bahwa Pancasila mengandung nilai ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi adab sebagai ukuran moralitas berbangsa. Tak ada kata lain, sakral saktinya kehidupan berbangsa, harus kembali pada nilai-nilai Pancasila. (@mY)